Jumat, 11 Desember 2015

Permainan Komputer Edukatif untuk Anak Usia Dini

PERMAINAN KOMPUTER EDUKATIF

Dunia anak adalah bermain, karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak usia Taman Kanak-kanak (TK). Dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan anak dalam dimensi motorik kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, nilai sosial dan sikap hidup. Bermain dapat membawa harapan dan ambisi tentang dunia yang memberikan dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang. Melalui bermain anak akan belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, komputer telah menjadi bagian hidup dari masyarakat, tidak hanya orang dewasa, tetapi juga bagi anak-anak. Sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi anak dengan memanfaatkan permainan edukatif yang dapat diinstal di komputer.
Menurut Isenberg dan Jacobe dalam Suratno (2005), alat permainan yang optimal adalah alat permainan yang mampu merangsang dan menarik minat anak, sekaligus mampu mengembangkan berbagai jenis kemampuan anak dan tidak membatasi hanya pada satu aktivitas tertentu saja atau yang disebut sebagai "open-ended plaything".
Bermain adalah perangkat untuk membangun pengetahuan anak. Piaget percaya bahwa bermain memiliki tempat istimewa dalam kehidupan setiap anak manusia. Seorang anak memperoleh pengetahuan bukan hanya melalui informasi dari lingkungan atau dengan meniru kegiatan orang lain, melainkan juga dalam proses bermain. Sama halnya dengan memainkan komputer, bukan hanya sekedar pengetahuan bagaimana memainkan computer yang di ajarkan tapi dengan bersamaan juga bisa mngembangkan motorik anak, misalnya merangsang motoric tangan anak dan menyeimbangkan koordinasi mata anak. Selain itu, juga bisa merangsang kecerdasan anak melalui permainan komputer. Gardner menciptakan teori “multiple Intelligence” yaitu kescerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan pasial, kecerdasan bermusik, kecerdasan bodi kinestetik,kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan eksitensi dan kecerdasan moral yang bisa kita kembangkan melalui permainan komputer.
Dalam dunia pendidikan, khususnya untuk anak usia dini, komputer sangat membantu sebagai media pembelajaran, alat uji dan alat peraga dalam proses belajar mengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Namun dalam penggunaan Komputer di PAUD tetap memerlukan peran pengajar / guru agar anak dapat berinteraksi dengan komputer sesuai dengan kebutuhannya.
Interaksi antara anak dengan komputer cenderung lebih cepat dan lebih objektif hal ini dikarenakan komputer memiliki sifat yang menarik perhatian anak.
Komputer dijaman modern mengarah ke sebuah rangkaian alat elektronik yang mampu melakukan banyak tugas dan memiliki banyak fungsi. Definisi Komputer dapat di terjemahkan sebagai sekumpulan alat elektronik yang satu sama lain saling bekerja sama terkoordinasi dibawah kontrol program dengan kemampuan dapat menerima data (input) lalu mengolah data (proses) tersebut dengan menghasilkan informasi (output).
Bemain adalah suatu aktivitas dan kualitas pikiran dalam melibatkan suatu pandangan dunia seseorang. Bermain mengacu kepada berbagai kegiatan sukarela, termotivasi intrinsik yang biasanya terkait dengan kesenangan dan kenikmatan. Disimpulkan bahwa bermain komputer bagi anak usia dini adalah suatu kegiatan bermain yang bersifat interaktif dan menyenangkan bagi anak
Saat ini belajar komputer bagi anak menjadi suatu kewajiban. Tentu saja ini kurang tepat, karena belajar komputer seharusnya dilakukan tanpa paksaan agar menjadi pengalaman menyenangkan bagi anak. Namun yang jelas, bisa mengoperasikan komputer telah menjadi realitas penting yang tak bisa dibantah.
Keuntungan belajar komputer sejak dini bagi anak diantaranya:
1.      Meningkatkan perkembangan kepribadian. Program komputer memungkinkan anak melakukan kesalahan, memperbaiki, dan mencoba lagi tanpa takut dimarahi. Anak jadi terbiasa berani mengambil risiko, memiliki sifat yang lebih independen, dan lebih percaya diri.
2.      Meningkatkan keterampilan belajar. Penelitian menunjukkan, anak yang menggunakan komputer memiliki performa akademis lebih baik.
3.      Menstimulasi kreativitas dan imajinasi. Pemrograman komputer, walau sederhana akan terasa menantang bagi anak. Anak belajar mengidentifikasi masalah, menganalisa pilihan, dan memilih solusi terbaik. Batasan anak dalam membuat program hanyalah imajinasinya sendiri.

1.    Tujuan Permainan Komputer bagi Anak Usia Dini
Menurut Isenberg dan Jacobe dalam Suratno (2005), alat permainan yang optimal adalah alat permainan yang mampu merangsang dan menarik minat anak, sekaligus mampu mengembangkan berbagai jenis kemampuan anak dan tidak membatasi hanya pada satu aktivitas tertentu saja atau yang disebut sebagai "open-ended plaything".
Permainan bertujuan pada dasar nya untuk menstimulasi aspek aspek dari perkembangan anak dimulai dari kecerdasan anak (kognitif), afektif psikomotor, agama, sosial-emosional, bahasa dan seni. namun secara khusus game ini bertujuan untuk mengenalkan anak pada komputer, Game dapat melatih anak menggunakan komputer, dan supaya lincah memegang mouse.dan juga dapat melatih koordinasi antara mata dan tangan sehingga adanya integrasi antara tangan dan mata sehingga perkembangan anak dapat berjalan dengan optimal.
Progam simulasi atau  software yang baik untuk pendidikan anak ialah disesuaikan dengan usia. Para Guru/Orangtua harus memahami perkembangan pemahaman anak, Untuk anak usia 0-2 tahun anak mendapat pemahaman dari panca indra dan bahasa isyarat, Mulai Usia 3 tahun, anak mulai menggunakan bahasa dan lambang/simbol tertentu bahkan sudah mulai bisa memahami logika.
Keunggulan komputer untuk anak-anak ialah pada program/software “edutainment” gabungan education (pendidikan) dan Entertainment (hiburan). Karena masa kanak kanak ialah masa penuh keceriaan/ hiburan & Program “edugame” gabungan education (pendidikan) dan game (permainan).

2.    Manfaat Bermain Komputer
a.    Melatih logika. Saat bermain game, anak-anak harus menggunakan berbagai strategi untuk memenangkan permainan. hal ini dapat melatih penggunaan logika, menganalisa, dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi
b.    Melatih kemampuan spasial. Melalui game permainan, kemampuan spasial anak yang berhubungan dengan kecerdasan gambar dan bervisualisasi akan terasah. Kemampuan ini akan berpengaruh dengan kemampuan berhitung mereka. Selain itu, permainan juga akan membantu penggunaan motorik halus anak.
c.    Kemampuan membaca. Bagi anak yang belum lancar membaca, game konsol bisa jadi alat yang tepat untuk membantu belajar membaca. Seperti di ketahui ada beberapa game ada yang bersifat edukasi dan bisa membantu anak untuk belajar dengan cara yang lebih asyik. Selain itu, saat bermain anak juga diharuskan membaca setiap perintah yang diberikan oleh tokoh game dan narator game. Maka, secara tak langsung anak bisa belajar membaca dan mengeja secara signifikan.
d.   Stimulasi otak. Dalam game permainan ada yang bisa membuat permainan sendiri sesuai dengan yang diinginkannya. Hal tersebut bisa membantu stimulasi otak dan proses berpikir untuk menciptakan skenario yang panjang dan rumit sebagai bagian dari pengembangan kreativitas mereka
e.    Mengembangkan imajinasi. Permainan bisa membantu anak untuk mengembangkan imajinasi mereka. Anak bisa menggunakan imajinasi ini untuk menyeimbangkan berbagai kejadian dalam film dan diaplikasikan dalam dunia nyata (yang relevan dan postif)
f.     Penggunaan bahasa Inggris. Salah satu game anak yang disukai adalah konsol dan game online. game ini banyak dibuat oleh perusahaan luar negeri yang mempergunakan bahasa Inggris.

3.    Metode Pengajaran Komputer
Metode atau cara mendidik anak pada usia dini, tentu sangatlah berbeda dengan metode atau cara mendidik anak pada masa remaja atau masa setelahnya. Untuk mendidik anak pada usia dini, kita harus menyajikan materi yang akan kita ajarkan dengan desain yang sangat menyenangkan, salah satunya dengan komputer.
Dengan komputer, proses belajar anak akan terasa sangat menyenangkan. Hal itu tidak bisa dipungkiri lagi, dengan komputer kita bisa memasukkan program-program edukasi yang cocok untuk pendidikan anak pada usia dini. Dengan komputer pula, kita sebagai pendidik akan merasa sangat terbantu dengan penyampaian yang disajikan oleh komputer tanpa meragukan hasil yang kurang optimal. Adanya tampilan gambar warna-warni yang dapat bergerak serta didukung dengan suara atau nyanyian yang riang gembira dapat merangsang anak untuk lebih betah bermain sambil belajar. Karena hanya metode bermain sambil belajarlah yang cocok diberikan kepada anak usia dini.

4.    Contoh Software Permainan untuk Anak Usia Dini
a.    Cerdas
Program Pembelajaran Anak CERDAS (cermat, rajin, & asik) adalah salah satu program buatan lokal yang cukup komplit untuk edukasi anak usia dini. Program yang di buat menggunakan Macromedia Director ini meliputi pembelajaran Membaca, Menggambar, Mengitung dan Game Cerdas. Berikut adalah tampilan awal program pembelajaran anak cerdas :
Isi dari program ini antara lain :
1)   Mengenal huruf A – Z , huruf kapital & kecil, beserta video cara penulisan
2)   Mengenal Angka 1 – 20
3)   Mengenal Nama hewan & benda sekitar
4)   Mengenal Suara hewan sekitar
5)   Menggambar unik
6)   Belajar menghitung gambar
7)   Kuis berhitung & Kuis menebak suara hewan
8)   Game Puzzle
b.    Childsplay
Childsplay adalah kumpulan aktivitas pendidikan untuk anak-anak dan berjalan pada Windows, OSX, dan Linux. Childsplay dapat digunakan di rumah, taman kanak-kanak dan pra-sekolah.Childsplay menyenangkan dan menyediakan cara untuk membiarkan anak-anak menggunakan komputer dan pada saat yang sama mengajari mereka sedikit matematika, huruf dari Abjad, ejaan, koordinasi mata-tangan dll. Childsplay adalah bagian dari proyek schoolsplay.org.
Permainan chidsplaay terdiri dari berbagai pilihan permainan yang dirancang untuk anak usia dini.
1)   Mengenal suara binatang
2)   Menyusun puzzle sederhana
3)   Bermain bilyard sederhana
4)   Mengenal angka dan operasi dalam matematika
5)   Mengelompokan suara yang sama
c.    Fitur Permainan Komputer Drawing For Children
Karena dikhususkan untuk anak-anak, program ini tidak perlu membaca panduannya untuk memainkan atau mempelajarinya. Anak-anak cukup diberikan contoh bagaimana memilih menu dan menarik gambar masuk ke area gambar dalam software ini yang telah disediakan.
Cara terbaik untuk membuat anak atau murid cepat menguasaia software ini adalah dengan mencoba menggunakan semua tombol yang ada di dalamnya. Dengan tombol yang simple sesuai dengan gambar yang ada di tombol tersebut benar-benar membuat sangat mudah di mainkan.
Fitur permainan komputer drawing for children memuat tombol yang sangat umum biasa anak-anak lihat, seperti menggambar garis, lingkaran, kotak, persegi panjang dan lain sebagainya. Selain itu terdapat juga gambar jalan raya, jalan kereta api, lampu lalu lintas, rumput, balon dan masih banyak lagi yang dapat ditemukan dalam program ini. 
Ada banyak pilihan menggambar menggunakan pena berbeda dan banyak jenisnya, perangko, cliparts, latar belakang, dan efek khusus. Program komputer ini memiliki fitur sangat lengkap untuk anak-anak.
Selain itu anak atau murid Anda akan di manjakan dengan cara kerja permainan ini dengan sistem drag and drop atau lebih kita kenal dengan cara klik kiri untuk memilih tombol yang di inginkan dan menggesernya diarea gambar, seketika gambar sudah tersedia dan mirip dengan bentuk yang kita pilih.

5.    Permainan Komputer Edukatif
a.    Memory Games
Permainan ini, beberapa bentuk geometris akan muncul di depan anak. Setelah ini, akan ditampilkan figruyang terdiri dari paparan geometris. Para anak akan diberikan empat pilihan dan bertanya mana figure yang geometris dalam gambar yangditampilkan dan tidak ditampilkan kepada mereka sebelumnya.
b.    Puzzle Games
Permainan puzzle juga bisa menjadi pilihan yang baik bagi anak. Dalam permainan ini, para anak diharapkan untuk menemukan nomor yang hilang dengan menemukan beberapa hubungan antara angka-angka yang diberikan. Permainan ini akan menguji penalaran dan kemampuan berpikir logis anak.
c.    Dally Dinosaur Teaches Numbers
Permainan ini sangat ideal untuk anak-anak kecil yang perlu belajar keterampilan menghitung. Permainan ini melibatkan mencari pencocokan nomor dan benda-benda menghitung dalam sebuah adengan tertentu. Game ini, yang dimainkan dengan figure drag dan drop sangat mudah dan membantu anak-anak yang suka menghitung angka.
d.   Curious George Preschool Learning Games
Ini adalah permainan anak-anak untuk mengembangkan, mendengarkan serta keterampilan berpikir kritis. Permainan bertujuan untuk mengembangkan afinitas dengan huruf dan pola berbagai bentuk untuk anak-anak. Hal ini secara luas digambarkan sebagai salah satu permainan computer  edukatif yang terkait untuk anak-anak.



Daftar Pustaka

Aisyah, Siti, dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo.
Miarso, Yusuf  Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Pustekom.
Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.
Patmonodewo, Soemarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Semiawan, Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks.


Kamis, 10 Desember 2015

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini



MAKALAH KELOMPOK I
MERANCANG DAN MENSTIMULASI METODE BERCERITA DALAM PERKEMBANGAN BAHASA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perkembangan Bahasa I

unp.jpg


DOSEN PENGAMPU :
Dra. Hj. Yulsyofriend, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
SAFITRIANI ULFA               1300695/2013
HUSNUL KHATIMAH          1300706/2013
SUCI ZARA BUKHAIRA     1300740/2013
SITI DESMAWATI                1300698/2013
ANDRIANA TANJUNG        1300705/2013
MELI SAFITRI                       1300669/2013
DIAN HAMINA                      1300684/2013            
CITRA RAHAYU                  1300677/2013
MARIA TANJUNG                1300737/2013
REVI HERVITA                     1305179/2013

PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah Bahasa Anak Usia Dini 1 menegenai Merancang dan Menstimulasi Metode Bercerita dalam Perkembangan Bahasa ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dalam memenuhi tugas kelompok.
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi salah satu referensi ataupun pedoman bagi pembaca khususnya dan masyarakat luas pada umumnya sehingga dapat memperkaya pengetahuan umum tentang Konsep Pengembangan Bahasa dimana merupakan salah satu yang harus dikuasai oleh seorang guru.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah  ini. Oleh karena itu,  penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Sehingga penulis tidak melakukan kesalahan yang sama di kesempatan berikutnya.
Padang,   Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Bercerita....................................................................... 3
B.     Bentuk-Bentuk Bercerita............................................................................. 5
C.     Manfaat Metode Bercerita bagi Anak TK................................................. 16
D.    Tujuan Kegiatan Bercerita bagi Anak TK.................................................. 19
E.     Rancangan Kegiatan Bercerita Anak TK................................................... 21
F.      Fungsi Bercerita......................................................................................... 23
G.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita........................................... 25
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................. 27
B.     Saran.......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng, yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang bercerita tersebut dapat menyampaikannya denga menarik. Masa menikmati sebuah cerita pada seorang anak semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah menerimanya mampu merekam beberapa kabar berita.
Di Pendidikan Anak Usia dini (PAUD) tentang metode bercerita adalah salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak usia dini sesuai tahap perkembangannya
Guru hendaknya memberikan metode bercerita yang menarik serta mampu melatih daya tangkap anak, daya pikir anak, daya konsentrasi anak, membantu perkembangan fantasi/ imajinasi anak dan membantu perkembangan bahasa anak dalam komunikasi. Maka dari itu Untuk itulah makalah ini mengupas tentang bagaimana metode-metode pengembangan bahasa anak usia dini yaitu: metode bercerita dengan gambar, bercerita dengan kartu serta bercerita dengan papan flanel.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan dalam makalah ini antara lain:
1.         Bagaimanakah maksud dari metode Bercerita dengan Gambar?
2.         Bagaimanakah maksud dari metode Bercerita dengan Kartu?
3.         Bagaimanakah maksud dari Bercerita dengan Papan Flanel?


C.  Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar seluruh mahasiswa dapat mengetahui tentang metode-metode perkembangan bahasa yaitu dalam bercerita dengan gambar, bercerita dengan kartu serta bercerita dengan papan flanel dan dapat menstimulasikan metode-metode tersebut dengan baik.


BAB II
PEMBAHASAN
METODE BERCERITA AUD

A.  Pengertian Metode Bercerita
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Gordon & Browne dalam Hidayat, 2005:4.12).
Bercerita adalah suata kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan laat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenagkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik (Yulsyofriend, 2013:30).
Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak untuk semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun, yang ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2000, dalam Yulsyofriend, 2013:30):
1.    Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.    Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata Tanya dan kata sambung.
3.    Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.    Mampu mengungkapkan pikiran, peran dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5.    Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Menurut bachri (2005 : 10 ) bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.


Sedangkan menurut dhieni (2009:64) bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan  seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat, tanpa alat, tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan  karena orang yang menyajikan, menyampaikan  dengan menarik.
Bercerita merupakan salah satu bentuk dari kegiatan berbicara, seorang guru memberikan atau menyajikan sebuah cerita dengan teknik bercerita, kemudian guru meminta siswanya bercerita mengenai cerita yang telah diberikan oleh gurunya.
Metode bercerita  adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran  secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik (dhieni, 2010:6.6).
Menurut musfiroh (2005: 7) mengatakan bahasa metode  bercerita adalah salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak, yaitu melalui pembendaharaan kata yang di kenalkannya, semakin banyak juga konsep tentang sesuatu yang dikenalnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan metode bercerita bagi anak TK adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.  Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari  tujuan pendidikan bagi anak TK.
Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehiduan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan, gembira, lucu, dan mengasyikkan. Dunia kehidupan anak-anak dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatn bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas.

Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan papan flannel, menggunakan boneka dan bermain peran  dalam satu cerita.
Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita, anak-anak yang mengikuti kegiatan bercerita  guduk dilantai mengelilingi bu guru yang duduk di kursi kecil. Anak-anak itu akan mendengarkan bu guru bercerita. Sedangkan tiga kelompok yang lain duduk dimeja yang lain  dengan kegiatan yang berbeda, misalnya kelompok yang satu melakukan kegiatan menggambar,  kelompok yang satu lagi melakukan kegiatan melipat kertas, sedangkan kelompok yang terakhir  melakukan kegiatan membangun  atau membentuk plastisin. . anak-anak yang mendengarkan cerita pada gilirannya akan  mengikuti kegiatan menggambar, melipat kertas, dan membangun atau membentuk bahan plastisin. Dengan demikian masing-masing kelompok akan memperoleh kesempatan melakukan kegiatan yang sama.

B.  Bentuk-Bentuk Bercerita
Ada beberapa macam cara bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat membacakan cerita langsung dari buku (story reading), menggunakan ilustrasi buku gambar (story telling), menggunakan papan flannel, menggunakan boneka (sandiwara boneka), atau bermain peran dalam suatu cerita.
Secara umum bentuk-bentuk metode bercerita menurut Dhieni, (2006:6.11), tersebut terbagi dua yaitu:
1.    Bercerita dengan alat peraga
Bercerita dengan alat peraga adalah kegiata bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung isi cerita yang disampaikan artinya anda menyajikan sebuah cerita pada anak TK dengan menggunakan berbagai media ynag menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya. Bentuk bercerita dengan alat atau fantasi:

a.    Bercerita dengan alat peraga langsung
Kegiatan bercerita dengan alat peraga langsung yaitu guru bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung apakah sebuah benda misalnya tas, atau makhluk hidup yang nyata misalnya binatang eliharaan atau tanaman.
b.    Bercerita dengan alat peraga tak langsung/benda turuan
                                                                       
2.    Bercerita tanpa alat peraga
Bercerita tanpa alat peraga adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru saat bercerita tanpa menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan kepada anak didik. Artinya kegiatan bercerita yang dilakukan guru hanya mengandalkan suara, mimic dan panto mimic atau gerak anggota tubuh guru.
Selain itu juga ada bentuk-bentuk yang lainnya, yaitu:
1.    Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
Bila cerita ditampilkan pada anak TK, terlalu panjang  dan serinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik brcerita ini akan berfungsi dengan baik.
Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar di bandingkan bila anak mendengarkan cerita dari  buku bergambar. Untuk menjadi seseorang yang dapat bercerita  dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan , juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita.
Kegiatan bercerita dengan gambar adalah kegiatan bercerita menggunakan 1 gambar, 2 gambar, 3 gamabr atau 4 gambardengan ukuran tertentu. Dapat menggunakan gambar lepas atau gambar seri yang terdiri 2-4 gambar yang meluruskan jalan cerita.

a.    Kegiatan bercerita dengan menggunakan 1 gambar
1)   Ketentuan kegiatan bercerita dengan 1 gambar
a)    Judul cerita singkat dan menarik bagi anak didik
b)   Ceritanya singkat dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang ada di lingkungan anak.
c)    Menggunakan gaya bahasa anak.
d)   Gambar dibuat dalam ukuran 1 karton 60 x 60 cm.
e)    Gambar menggambarkan tokoh yang sedang berakasi, yang menarik merupakan hal yang menarik dari satu cerita.
f)    Gamabr dibuatr sesuai dengan tahap perkembangn anak.
g)   Gambar diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
h)   Isi cerita ditulis pada bagian belakang gambar.
2)   Langkah-langkah pelaksanaan
a)    Anak mengatur posisi duduknya.
b)   Anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga.
c)    Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d)   Anak diberi kesempatan untuk member judul cerita.
e)    Guru melengkapi judul dari anak.
f)    Membuat kesempatan aturan dalam bercerita.
g)   Anak mendengarkan cerita anak sambil memperhatikan gambar yang di perlihatkan.
h)   Tanya jawab.
i)     Anak bercerita.
j)     Setelah selesai bercerita anak memberikan kesimpulan isi cerita.
k)   Guru melengkapi kesimpulan tentang isi cerita dari anak.
3)   Evaluasi
Setelah selesai bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.

b.    Kegiatan bercerita dengan menggunaka 2 gambar
1)   Ketentuan bercerita dengan 2 gambar
a)    Judul cerita singkat dan menarik bagi anak didik.
b)   Ada cover cerita.
c)    Menggunakan gaya bahasa anak.
d)   Cerita singkat dan sarat dengan nilai-nilai, sosialisasi dan lingkungan anak.
e)    Isi cerita kesatuan dan kedua berkaitan.
f)    Gambar dibuat dari karton, berukuran 50 x 30 cm, sebanyak 2 lembar antara gambar ke 1 dan kedua diberi lakba/benag agar mudah pada saat membalikkan gamabr.
g)   Gambar diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
h)   Gambar 1 menggunakan situasi tokoh sedang bereaksi awal suatu cerita.
i)     Gambar 2 menggambarkan situasi tokoh sedang beraksi diakhir cerita.
j)     Isi cerita ditulis pada bagian belakang cover.
2)   Langkah pelaksanaan
a)    Dengan bimbinagn guru anak menagtur posisi duduknya.
b)   Anak memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
c)    Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d)   Anak diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
e)    Beritahu judul cerita.
f)    Menyepakati aturan dalam bercerita.
g)   Bercerita sambil memegang gambar dan memperlihatkannya pada anak didik.
h)   Tanya jawab.
i)     Anak bercerita.
j)     Setelah selesai bercerita anak memberikan kesimpulan di bawah bimbingan guru.

3)   Evaluasi
Setelah selesai bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.
c.    Kegiatan bercerita dengan menggunakan 3 gambar
1)   Ketentuan bercerita dengan 3 gambar
a)    Judul cerita singkat dan menarik bagi anak didik.
b)   Ada cover cerita.
c)    Menggunakan gaya bahasa anak.
d)   Cerita singkat dan sarat dengan nilai-nilai, sosialisasi dan lingkungan anak.
e)    Isi berurutan dan berkaitan dan gambar kesatu sampai dengan ketiga..
f)    Gambar dibuat dari karton, berukuran 30 x 25 cm, sebanyak 3 lembar antara gambar ke 1 dan ke 2 dan ke 3 diberi lakba/benag agar mudah pada saat membalikkan gamabr.
g)   Gambar 1 menggunakan situasi tokoh sedang bereaksi awal suatu cerita.
h)   Gambar 2 menggambarkan situasi tokoh sedang beraksi ditengah cerita.
i)     Gambar ke 3 adalah gambar akhir sebuah cerita.
j)     Gambar dibuat sesuai dengan tahap perkembangan anak.
k)   Gambar diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
l)     Isi cerita ditulis pada bagian belakang cover.
2)   Langkah-langkah pelaksanaan
a)    Dengan bimbinagn guru anak menagtur posisi duduknya.
b)   Anak memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
c)    Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d)   Anak diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
e)    Menyepakati aturan dalam bercerita.

f)    Bercerita sambil memegang gambar dan memperlihatkannya pada anak didik.
g)   Anak mendengarkan cerita secara berurutan sesuai gambar yang dipegang ke 1, ke 2, dan ke 3 pada saat cerita gambar kesatu gambar kedua dan ketiga tidak diperlihatkan, begitu pun ketika bercerita ke 2 gambar ke 1 tidak diperhatikan.
h)   Setelah selesai bercerita seluruh gambar dari ke 1sampai dengan ke 3 diperlihatkan kepada nak.
i)     Tanya jawab.
j)     Anak bercerita.
k)   Anak diberi kesempatan untuk memberikan kesimpulan isi cerita.
l)     Kita melengakpi kesimpulan anak.
3)   Evaluasi
Setelah selesai bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.
d.   Kegiatan bercerita dengan menggunakan 4 gambar
1)   Ketentuan bercerita dengan 4 gambar
a)      Judul cerita singkat dan menarik bagi anak didik.
b)      Ada cover cerita.
c)      Menggunakan gaya bahasa anak.
d)     Cerita singkat dan sarat dengan nilai-nilai, sosialisasi dan lingkungan anak.
e)      Isi berurutan dan berkaitan dan gambar kesatu sampai dengan keempat.
f)       Gambar dibuat dari karton, berukuran 30 x 25 cm, sebanyak 4 lembar antara gambar ke 1, ke 2, ke 3, dan ke 4 diberi lakba/benag agar mudah pada saat membalikkan gambar.
g)      Gambar 1 menggunakan situasi tokoh sedang bereaksi awal suatu cerita.

h)      Gambar 2 menggambarkan situasi tokoh sedang beraksi posisi isi cerita.
i)        Gambar ke 3 adalah menggambarkan situasi tokoh dalam cerita yang menunjukkan manuju ke akhir sebuah cerita.
j)        Gambar ke 4 menggambarkan suituasi tokoh dalam akhir cerita
k)      Gambar dibuat sesuai dengan tahap perkembangan anak.
l)        Gambar diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
m)    Isi cerita ditulis pada bagian belakang cover.
2)   Langkah-langkah pelaksanaan
a)      Dengan bimbinagn guru anak menagtur posisi duduknya.
b)      Anak memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
c)      Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d)     Anak diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
e)      Menyepakati aturan dalam bercerita.
f)       Anak mendengarkan cerita dan memperhatikan ganbar yang diperlihatkannya.
g)      Anak mendengarkan cerita berurutan sesuai gambar diperlihatkannya.
h)      Anak mendengarkan cerita secara berurutan sesuai gambar yang dipegang ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 pada saat cerita gambar kesatu gambar kedua dan ketiga tidak diperlihatkan, begitu pun ketika bercerita ke 2 gambar ke 1 tidak diperhatikan.
i)        Setelah selesai bercerita seluruh gambar dari ke 1sampai dengan ke 4 diperlihatkan kepada nak.
j)        Tanya jawab.
k)      Anak bercerita.
l)        Anak diberi kesempatan untuk memberikan kesimpulan isi cerita.
m)    Guru melengkapi kesimpulan anak.

3)   Evaluasi
Setelah selesai bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.

2.    Bercerita dengan Kartu
Kegiatan bercerita yang dilakukan guru dengan gambar-gambar di atas kertas karton ukuran 10 x10, terdiri dari gambar-gambar yang berseri mapun tidak.
a.    Ketentuan:
1)   Ada judul cerita.
2)   Cerita singkat dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan, sosialisasi dan lingkungan anak.
3)   Gambar dibuat pada karton berukuran 10 x10 cm sebanyak yang dibituhkan, maksimal 8 gambar.
4)   Gambar dapat berupa 1 gambar tanpa suasana yang mendukung, dapat pula dilengkapi suasana yang mendukung gambar tersebut.
5)   Menggunakan gaya bahasa anak.
6)   Gambar diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
7)   Isi cerita ditulis pada bagian belakang gambar.
b.    Langkah-langkah pelaksanaan
1)        Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya.
2)        Anak memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
3)        Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita.
4)        Anak diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
5)        Anak mendengarkan judul cerita yang sebenarnya dari guru.
6)        Menyepakati aturan dalam bercerita.

7)        Anak mendengarkan cerita dan memperhatikan gambar yang diperlihatkannya (guru dapat bercerita dengan satu gambar yang tidak berseri, dapat pula dengan gambar berurutan atau berseri ketentuannya sama dengan cerita dengan 4 gambar (gambar seri).
8)        Tanya jawab.
9)        Anak bercerita.
10)    Anak diberi kesempatan untuk memberikan kesimpulan isi cerita.
11)    Guru melengkapi kesimpulan anak.
c.    Evaluasi
Setelah selesai bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.

3.    Bercerita dengan menggunakan papan flannel
Bercerita dengan papan flannel adalah kegiatan bercerita dengan menggunakan papan flannel dan potongan gambar lepas, potongan gambar lepas ini dapat ditempel pada papan flannel. Potongan gambar lepas ini melukiskan adengan/hal-hal yang akan disajikan dalam subuah cerita.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru untuk melaksanakan kegiatan bercerita dengan papan planel adalah sebagai berikut:
a.    Guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain planel yang berwarna netral misalnya warna abu-abu.
b.    Gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya, digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapisi dengan kertas goso (double tip) yang paling halus agar dapat melekat pada papan flanel. Gambar-gambar tokoh sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui bercerita.
Setelah peralatan telah siap tersedia perlu diperhatikan adalah tentik bercerita dengan menggunakan papan planel, yaitu sebagai berikut:

a.    Letakkan papan flanel di tempat yang agak tinggi dan berada tepat di hadapan anak-anak.
b.    Tempelkan gambar atau foto-foto pada paapn flanel satu per satu sesuai dengan alur cerirta.
c.    Apabila tokoh cerita sudah tidak diperlukan untuk bagian-bagian tertentu dari alur cerita, bias saja dilepaskan dari papan flanel.
d.   Pada waktu-waktu berikutnya dari kegiatan ini, anak dapat dilibatkan untuk menempelkan sendiri gambar atau foto-foto yang alur ceritanya dapat dikarang besama-sama di kelas. Kegiatan ini dapat meningkatkan aspek-aspek perkembanagn anak, antara lain keterampilan berkomunikasi, keberanian, keaktifan, kesabaran manunggu giliran dan konsentrasi mereka.
Ada beberapa cara dalam menggunakan papan flannel dalam metode bercerita yaitu:
a.    Ketentuan:
1)        Beberapa potong gambar/adengan, dibuat pada karton sesuai dengan isi cerita.
2)        Ada judul cerita.
3)        Cerita dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan, sosialisasi dan lingkungan anak.
4)        Potongan gambar/adengan dibuat dan dibentuk sesuai dengan tokoh atau suasana cerita.
5)        Ukuran gambar relative, paling kecil 10 x 15 cm.
6)        Gambar diberi warna menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
7)        Gambar dapat berupa 1 gambar tabpa suasana yang mendukung, dapat pula dilengkapi dengan suasana yang mendukung.
8)        Potongan ganbar sebanyak-banyaknya 8 potong gambar.
9)        Gambara satu dan lainnya berkaitan dan menunjukkan satu kesatuan cerita.
10)    Menggunakan gaya bahasa anak.
11)    Isi cerita dibuat dalam sebuah naskah.

b.    Langakh-langkah pelaksanaan
1)        Dengan bimbingan guru anak menagtur posisi duduknya.
2)        Anak memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
3)        Anak memperhatikan anda yang menunjukkan alat peraga yang telah disiapkan, dan menyebutkan nama serta tokoh-tokoh dalam cerita..
4)        Anak diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
5)        Anak mendengarkan judul cerita yang sebenarnya dari guru.
6)        Menyepakati aturan dalam bercerita.
7)        Anak memperhatikan anda yang mulai bercerita sambil menempelkan potongan gambar secara bergantian pada papan flannel sesuai alur cerita.
8)        Setelah selesai bercerita anda menempelkan potongan gambar seluruhnya.
9)        Tanya jawab.
10)    Anak bercerita.
11)    Anak diberi kesempatan untuk memberikan kesimpulan isi cerita.
12)    Guru melengkapi kesimpulan anak.
c.    Evaluasi
Setelah selesai bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.

C.  Manfaat Metode Bercerita Bagi Anak Tk
Metode bercerita dalam kegiatan pembelajaran anak TK,  mempunyai beberapa manfaat  penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK.
Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya  merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian,  kesetiaan, keramahan,  ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain  dalam kehidupan lingkungan keluarga,  sekolah dan luar sekolah.
Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak usia dini di antaranya adalah:
a.    Melatih daya serap atau daya tangkap anak usia dini, artinya anak usia dini dapat dirangasang, untuk mampu memahani isi atau ide-ide poko dalam cerita secara keseluruhan.
b.    Melatih daya pikir anak usia dini. Untuk terlatih memahami proses cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-hubungan sebab-akibatnya.
c.    Melatih daya konsentrasi anak usia dini. Untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebutanak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita.
d.   Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan day fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berbeda di luar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak.
e.    Menciptakan situasi yang mengembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab ssuai dengan tahap perkembangannya, anak usia dini senag mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyajikannya dengan menarik.
f.     Membantu perkembanagn bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

Alasan mengapa menggunakan cerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara, karena anak menyukai cerita, cerita dapat memberi kesempatan pada anak untuk benar-benar menggunakan bahasa yang sebenarnya. Anak mendengarkan cerita karena mereka menginginkannya bukan karena paksaan, pemikiran beberapa ahli bahasa seperti Brewster, Rixon, Halliwel, Pedersen, Stocdale dll dalam buku Teaching English to Young Leaners.
Menceritakan cerita (telling story) bukanlah “ membacakan cerita tanpa melihat buku “, artinya guru tidak menghapal cerita dan menyampaikan secara sederhana kepada siswa, melainkan guru harus mengetahi cerita tersebut secara baik sehingga saat ia menceritakannya kepada siswa, cerita tersebut terlihat hidup, nyata, dan seakan dapat dilihat dan dibayangkan oleh siswa. Jika hal ini terjadi, maka sipendengar seakan-akan terlibat masuk kedalam cerita tersebut.(Diah Gusrayani,2010:154).
Kegiatan bercerita juga memberikan pengalaman belajar untuk  berlatih mendengarkan anak memperoleh  bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai,  dan sikap untuk di hayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 
Memberi pengalaman belajar  dengan menggunakan metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun  psikomotor masing-masing anak. Bila anaknterlatih untuk mendengarkan  dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi  pendengar yang kreatif an kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya. Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidaksesuaian  antara apa yang didengar  dengan apa yang dipahami.  Bila menurut anggapannya  yang di dengar itu salah, maka ia berani menyatakan adanya kesalahan tersebut. Keberanian menyatakan pendapat yang berbeda, misalnya dalam pernyataan : “saya kalu dirumah tidak begitu bu guru”. Atau ada pernyataan  “ saya kalau mengerjakan begini bu guru.”

Karena kegiatan brcerita itu memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat, dan menimbulkan keasyikan tersendiri, maka kegiatan bercerita  memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak TK. Guru yang pandai bertutur dalam kegiatan bercerita akan menjadikan perasaan anak larut dalam kehidupan imajinatif dalam cerita itu. ia merasa sedih bila  tokoh dalam cerita itu  disakiti. Ia akan senang sekali bila ada tokoh lain yang melindungi, dan yang baik hati, yang suka menolong.  demikian juga bila tokoh penjahat dalam cerita itu dihukum. Anak akan mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita yang punya sikap- sikap yang baik dan menghindari berbuat seperti tokoh dalam cerita yang tidak baik. Misalnya : kalau guru menceritakan tentang bawang putih dan bawang merah maka anak akan mengidentifikassi dirinya sebagai bawang putih karena bawang putik itu anak yang berbakti kepada orang tua, yang suka menolong, yang suka berkawan, yang suka bekerja dan tidak mendendam dsb. Sebaliknya anak tidak akan menyukaii bawang merah karena ia merupakan anak yang suka menjelk-jelekkan  anak lain, curang, pemalas, mau menang sendiri, suka menysahkan anak lain dsb.
Metode bercerita di pergunakan guru untuk memberikan informasi tentang kehidupan social anak dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.. orang-orang itu melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan bermacam-macam pekerjaan: guru, pedagang, petani, tukang pos, tukang sayur, sopir, , tentara, polisi, maka informasi itu dapat memberikan wawasan yang luas tentang bermacam-macam peran yang dilakukan seseorang dalam masyarakatdan bermacam layanan jasa yang dapat diberikan kepada anggota masyarakat.
Guru TK yang mahir bercerita akan dapat membantu anak membangun bermacam peran  yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

Bila dalam diri anak mempunyai keinginan untuk menjadi pak polisi yang dapat memberikan perlindungan dan menjaga keamanan orang lain, maka keinginan itu  mungkin di wujudkan dalam  perbuatan melindungi dan menjaga adik di rumah,  tidak menggangu adik yang sedang tidur, sedang makan, sedang bermain, dsb. Oleh karena itu, kegiatan  bercerita dalam kaitan kehidupan social anak dapat dipergunakan  guru untuk menuturkan  bermacam pekerjaan yang ada dalam masyarakat  yang beraneka ragam  yang dapat menimbulkan sikap  pada diri anak menghargai bermacam pekerjaan tersebut.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat metode bercerita sebagai berikut:
1.    Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,  
2.    Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,
3.     Memacu kemampuan verbal anak,
4.    Merangsang minat menulis anak,
5.    Merangsang minat baca anak,
6.    Membuka cakrawala pengetahuan anak

D.  Tujuan Kegiatan Bercerita Bagi Anak Tk
Secara umum kegiatan bercerita memiliki tujuan agar :
1.    Menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral dan agama yang terkandung dalam sebuah cerita, sehingga mereka dapat menghayatinya dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Guru dapat memberikan informasi tentang lingkungan fsik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui oleh anak. Lingkungan fisik berkaitan dengan segala sesuatu yang ada disekitar anak selain manusia.

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengar dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain. Karena menurut Jerome S Brunner, 1991 (dalam Yulsyofriend, 2013:33) : Bahasa berpengaruhbesar pada perkembangan pikiran anak.
Tujuan kegiatan bercerita yakni memberikan  pengalamn belajar dengan  mendengarkan cerita yang sarat dengan pesan-pesan yang harus disampaikan dalam rangka mencapai tujuan  pendidikan bagi anak. Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai social, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik itu meliputi segala sesuatu yang ada disekitar anak yang non-manusia. Dalam kaitan lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh  informasi tentang binatang, peristiwa yang terjadi dari lingkungan anak, bermacam makanan, pakaian, perumahan, tanaman yang terdapat dihalaman rumah, sekolah, kejadian dirumah dan dijalan. Sedang informasi tentang lingkungan social meliputi: orang yyang ada dalam keluarga,  di sekolah, di masyarakat.
Bermacam nilai social, moral dan agama dapat ditanamkan melalui kegiatan bercerita. Nilai-nilai social yang dapat ditanamkan kepada anak TK yakni bagaimana seharusnya  sikap seseorang dalam  hidup bersama dengan orang lain. Dalam hidup bersama orang lain harus ditanamkan sikap  salaing menghormati, saling menghargai hak orang lain, saling membutuhkan, menyadari  tanggung jawab bersama, salaing menolong, sopan santun dan sebagainya. Nilai-nilai moral yang dapat di tanamkan kepada anak TK yakni bagaimana seharusnya sikap moral seseorang yang diwujudkan  dalam kehidupan sehari-hari. Kita bangsa Indonesia menjunjung tinggi moral pancasila, maka jabaran  nilai moral pancasila itulah yang harus kita kaitkan dengan tujuan dan tema kegiatan bercerita bagi anak TK.

E.  Rancangan kegiatan  brcerita bagi anak TK
Rancangan persiapan  guru. Secara umum persiapan guru  untuk merancang kegiatan bercerita adalah sebagai berikut
a.    Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih  untuk kegiatan bercerita
b.    Menetapkan rancangan bentuk bercerita yang dipilih
c.    Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan bercerita
d.   Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita
e.    Menetapkan rancangan penilaian kegiatan brcerita
Dalam bercerita ada langkah-langkah yang harus diperhatikan misalnya :
a.    Memilih sebuah cerita. Dalam memilih sebuah cerita hal yang paling penting adalah memilih cerita harus menarik.
b.    Menyiapkan diri untuk bercerita. Anak-anak diharuskan membaca dua kali atau lebih cerita yang akan dibacakan agar memahami isi dari cerita, sehingga dalam membacakan cerita di depan kelas anak dapat menceritakannya secara sistimatis.
c.    Property dalam bercerita. Agar cerita yang akan dibacaan anak dapat menarik, hendaknya anak dapat menggunakan beberapa teknik, salah satunya yaitu dengan menggunakan gambar, boneka, maupun barang-barang yang dapat menunjang cerita.
d.   Bercerita. Agar kegiatan bercerita dapat berjalan secara efisien, bercerita dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil.
Dalam bercerita memerlukan kemampuan berbicara apalagi menceritakan sesuatu di depan umum. Bercerita merupakan kegiatan menyampaikan suatu kisah yang telah terjadi baik kejadian yang benar-benar terjadi maupun kejadian hasil rekayasa. Dalam bercerita memerlukan suatu metode yang tepat agar mencapai tujuan dalam pembelajaran, dalam hal ini yaitu berbicara.

Agar siswa menyukai cerita atau dongeng yang diceeritakan, dibutuhkan kemampuan guru untuk bercerita dengan baik misalnya intonasi yang tepat, ekspresi dalam bercerita, gestur tubuh pencerita,lafal maupun suara, di samping keenam kemampuan yang tadi, sistematikan atau alur ceritapun harus diperhatikan sehingga siswa dapat mengerti dan menyukai cerita yang dibacakan oleh guru.
Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. dan pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1.    Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak ? . Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya; a. sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya. b. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya c. Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya
2.    Waktu Penyajian Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak.

Maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut ; a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit. b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit. c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit. Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
3.    Suasana (situasi dan kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung
Seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.

F.   Fungsi Bercerita
Menurut Tampubolon 1991 (dalam Yulsyofriend, 2013:33), “Bercerita kepada nak memainkan peran penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”. Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia4-6 tahun adalah sebagai berikut:
1.    Membantu perkembangan bahasa anak.
2.    Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan bercerita.
3.    Dengan menambah pembendaharaan kosakata
4.    Kemampuan mengucapkan kata-kata.
5.    Melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya.
6.    Melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangnnya.

7.    Anak dapat mengekspresikan melalui bernyanyi, bersyair, menulis ataupun menggambarkan sehingaa pada akhirnya anak ammapu membaca situasi, gambar, tulisan atau bahasa isyarat.
Menurut prof.Dr Tampubolon, (1991:50), “Bercerita kepada  anak memainkan permainan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak” Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan bercerita,dengan menambah pembendaharaan kosakata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembanganya.Rangkaian kemampuan mendengar ,berbicara, membaca, menulis, dan menyimak adalah sesuai dengan tahap perkembangan anak, karena tiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya.
Kedudukan strategis cerita dalam dunia pendidikan, termasuk menurut sudut pandang moralitas, telah tergambar dengan amat jelas diatas. Cerita memang banyak sekali manfaatnya bagi anak-anak. Paling tidak cerita mempunyai beberapa fungsi penting antara lain :
1.        Sebagai sarana kontak batin antara pendidik (termasuk orang tuanya) dengan anak didik.
2.        Sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai ajaran tertentu.
3.        Sebagai metode untuk memberikan bekal kepada anak didik agar mampu melakukan proses identifikasi diri maupun identifikasi perbuatan (akhlaq).
4.        Sebagai sarana pendidikan emosi (perasaan) anak didik
5.        Sebagai sarana pendidikan fantasi/imajinasi/kreativitas (daya cipta) anak didik.
6.         Sebagai sarana pendidikan bahasa anak didik
7.         Sebagai sarana pendidikan daya pikir an anak didik

8.        Sebagai sarana untuk memperkaya pengalaman batin dan khasanah pengetahuan anak didik.
9.        Sebagai salah satu metode untuk memberikan terapi pada anak-anak yang mengalami masalah psikologis.
10.     Sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan.
Melalui cerita-cerita yang baik, sesungguhnya anak-anak tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa cerita ternyata menyentuh berbagai aspek pembentukan kepribadian anak-anak. Cerita secara faktual erat sekali hubungannya dengan pembentukkan karakter, bukan saja karakter manusia secara individual, tetapi juga karakter manusia dalam sebuah bangsa.
Tidak heran bila banyak pakar kebudayaan yang menyatakan bahwa nilai jati diri, karakter dan kepribadian sebuah bangsa, dapat dilihat dari cerita-cerita rakyat yang hidup dibangsa itu. Kalau begitu, jelas bercerita bukanlah sesuatu yang berakibat sederhana. Cerita berpengaruh amat besar dalam jangka panjang, sampai-sampai dikatakan menjadi faktor dominan bagi bangunan karakter manusia disuatu bangsa.

G. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode bercerita (Dhieni, 2006 : 6.9) antara lain :
1.    Kelebihan
a.    Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak,
b.     Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien,
c.     Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana,
d.   Guru dapat menguasai kelas dengan mudah,
e.    Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya,

2.    Kekurangan
a.    Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru,
b.    Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapatnya,
c.    Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar dipahami tujuan pokok isi cerita,
d.   Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Bercerita adalah suata kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan laat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik (Yulsyofriend, 2013:30).Adapun bentuk-bentuk bercerita, yaitu: bercerita dengan gambar, bercerita dengan kartu, bercerita dengan papan planel dan lain-lainnya.
Yang mana  manfaat dari bercerita untuk anak usia dini adalah: membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, memacu kemampuan verbal anak. Kemudian tujuan dari bercerita tersebut yaitu memberikan  pengalaman belajar dengan  mendengarkan cerita yang sarat dengan pesan-pesan yang harus disampaikan dalam rangka mencapai tujuan  pendidikan bagi anak. Fungsi dari bercerita itu yakni sarana kontak batin antara pendidik (termasuk orang tuanya) dengan anak didik, Sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai ajaran tertentu.
Pada pembelajaran bercerita disekolah, guru perlu membuat rancangan-rancangan tertentu sesuai dengan tema pembelajaran. Serta bercerita tersebut memiliki kelebihan dan kekurangnnya.

B.  Saran
Sebagai pendidik dan calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi orang tua dan calon orangtua sebaiknya memahami perkembangan bahasa anak usia dini dan bisa mengembangkannya sejak dari masa konsepsi agar dapat memberikan stimulasi yang tepat pada anak sesuai dengan hakikat anak usia dini dan tahap perkembangannya.

DAFTAR PUSTAKA
Bachri, bachtiar.S. 2005. Pengembangan kegiatan bercerita di taman kanak-kanak teknik dan prosedurnya, Jakarta : depdiknas.
Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud.
Dhieni, nurbiana . 2009. Metode pengembangan bahasa, Jakarta :universitas terbuka.
Dhieni, nurbiana . 2010. Metode pengembangan bahasa, Jakarta :universitas terbuka.
Dhieni, Nurbiana dkk. 2006. Metode Pengembanga Bahasa.. Jakarta : Universitas Terbuka.
Djuanda, Dadan. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di  Sekolah Dasar. Bandung : Pustaka Latifah.
Hidayat, Otib Satibi. 2005. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta:Universitas Terbuka.
Masitoh, dkk. 2006. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka
Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Montolalu. 2009. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Musfiroh. Takdkiratum, 2005.  Bermain sambil belajar dan mengasah, kecerdasan , Jakarta : depdiknas dirjen dikti.
R, Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta
Rofi’udin, Ahmad dan Zuhdi, Darmiyati. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.
Yulsyofriend. 2013. Bahan Ajar;Bahasa Anak Usia Dini. Padang: FIP UNP.