MAKALAH KELOMPOK I
MERANCANG DAN
MENSTIMULASI METODE BERCERITA DALAM PERKEMBANGAN BAHASA
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perkembangan Bahasa I
DOSEN
PENGAMPU :
Dra.
Hj. Yulsyofriend, M.Pd.
DISUSUN
OLEH :
SAFITRIANI ULFA 1300695/2013
HUSNUL KHATIMAH 1300706/2013
SUCI
ZARA BUKHAIRA 1300740/2013
SITI DESMAWATI 1300698/2013
ANDRIANA TANJUNG 1300705/2013
MELI
SAFITRI 1300669/2013
DIAN HAMINA 1300684/2013
CITRA
RAHAYU 1300677/2013
MARIA
TANJUNG 1300737/2013
REVI HERVITA 1305179/2013
PRODI
PENDIDIKAN
GURU – PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur selalu penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga makalah Bahasa Anak Usia Dini 1 menegenai Merancang dan Menstimulasi Metode Bercerita
dalam Perkembangan Bahasa ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya dalam memenuhi tugas kelompok.
Penulis berharap
makalah ini dapat menjadi salah satu referensi ataupun pedoman bagi pembaca khususnya dan masyarakat luas pada umumnya
sehingga dapat memperkaya pengetahuan umum tentang Konsep Pengembangan Bahasa
dimana merupakan salah satu yang harus dikuasai oleh seorang guru.
Penulis
menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca. Sehingga penulis tidak melakukan
kesalahan yang sama di kesempatan berikutnya.
Padang,
Februari 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode Bercerita....................................................................... 3
B. Bentuk-Bentuk
Bercerita............................................................................. 5
C. Manfaat
Metode Bercerita bagi Anak TK................................................. 16
D. Tujuan
Kegiatan Bercerita bagi Anak TK.................................................. 19
E. Rancangan
Kegiatan Bercerita Anak TK................................................... 21
F. Fungsi
Bercerita......................................................................................... 23
G. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Bercerita........................................... 25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 27
B. Saran.......................................................................................................... 27
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bercerita
adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain
dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk
pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng, yang dikemas dalam bentuk cerita
yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang
bercerita tersebut dapat menyampaikannya denga menarik. Masa menikmati sebuah cerita pada seorang anak semenjak ia
mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah menerimanya
mampu merekam beberapa kabar berita.
Di
Pendidikan Anak Usia dini (PAUD) tentang metode bercerita adalah salah satu
metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun
psikis anak usia dini sesuai tahap perkembangannya
Guru
hendaknya memberikan metode bercerita yang menarik serta mampu melatih daya
tangkap anak, daya pikir anak, daya konsentrasi anak, membantu perkembangan
fantasi/ imajinasi anak dan membantu perkembangan bahasa anak dalam komunikasi.
Maka dari itu Untuk itulah makalah ini mengupas tentang
bagaimana metode-metode pengembangan bahasa anak usia dini yaitu: metode
bercerita dengan gambar, bercerita dengan kartu serta bercerita dengan papan
flanel.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan dalam makalah ini antara
lain:
1.
Bagaimanakah maksud dari metode Bercerita
dengan Gambar?
2.
Bagaimanakah maksud dari metode Bercerita
dengan Kartu?
3.
Bagaimanakah maksud dari Bercerita dengan Papan
Flanel?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah agar seluruh mahasiswa dapat mengetahui tentang
metode-metode perkembangan bahasa yaitu dalam bercerita dengan gambar,
bercerita dengan kartu serta bercerita dengan papan flanel dan dapat
menstimulasikan metode-metode tersebut dengan baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
METODE
BERCERITA AUD
A. Pengertian Metode Bercerita
Bercerita
merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya (Gordon & Browne dalam Hidayat, 2005:4.12).
Bercerita
adalah suata kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain
dengan laat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi
atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenagkan, oleh
karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik
(Yulsyofriend, 2013:30).
Menikmati
sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak untuk semenjak ia mengerti akan
peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam
beberapa kabar berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun, yang ditandai
oleh berbagai kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2000, dalam Yulsyofriend,
2013:30):
1. Mampu
menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2. Memiliki
berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata Tanya dan
kata sambung.
3. Menunjukkan
pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4. Mampu
mengungkapkan pikiran, peran dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5. Mampu
membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Menurut bachri
(2005 : 10 ) bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang
perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan
membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Sedangkan
menurut dhieni (2009:64) bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain
dengan alat, tanpa alat, tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi atau hanya sebuah dongeng untuk didengarkan dengan rasa
menyenangkan karena orang yang
menyajikan, menyampaikan dengan menarik.
Bercerita
merupakan salah satu bentuk dari kegiatan berbicara, seorang guru memberikan
atau menyajikan sebuah cerita dengan teknik bercerita, kemudian guru meminta
siswanya bercerita mengenai cerita yang telah diberikan oleh gurunya.
Metode
bercerita adalah cara penyampaian atau
penyajian materi pembelajaran secara
lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik (dhieni, 2010:6.6).
Menurut
musfiroh (2005: 7) mengatakan bahasa metode
bercerita adalah salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan
berbahasa anak, yaitu melalui pembendaharaan kata yang di kenalkannya, semakin
banyak juga konsep tentang sesuatu yang dikenalnya.
Dengan
demikian dapat disimpulkan metode bercerita bagi anak TK adalah salah satu
pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak
secara lisan. Cerita yang dibawakan guru
harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK.
Bila
isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehiduan anak TK, maka mereka dapat
memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan
dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh suka
cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan,
gembira, lucu, dan mengasyikkan. Dunia kehidupan anak-anak dapat berkaitan
dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatn bercerita harus
diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang
menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu
sampai tuntas.
Ada
beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat
membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan
papan flannel, menggunakan boneka dan bermain peran dalam satu cerita.
Sebelum
melaksanakan kegiatan bercerita, anak-anak yang mengikuti kegiatan
bercerita guduk dilantai mengelilingi bu
guru yang duduk di kursi kecil. Anak-anak itu akan mendengarkan bu guru
bercerita. Sedangkan tiga kelompok yang lain duduk dimeja yang lain dengan kegiatan yang berbeda, misalnya
kelompok yang satu melakukan kegiatan menggambar, kelompok yang satu lagi melakukan kegiatan
melipat kertas, sedangkan kelompok yang terakhir melakukan kegiatan membangun atau membentuk plastisin. . anak-anak yang
mendengarkan cerita pada gilirannya akan
mengikuti kegiatan menggambar, melipat kertas, dan membangun atau
membentuk bahan plastisin. Dengan demikian masing-masing kelompok akan
memperoleh kesempatan melakukan kegiatan yang sama.
B. Bentuk-Bentuk
Bercerita
Ada beberapa
macam cara bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat membacakan
cerita langsung dari buku (story reading), menggunakan ilustrasi buku gambar
(story telling), menggunakan papan flannel, menggunakan boneka (sandiwara
boneka), atau bermain peran dalam suatu cerita.
Secara umum
bentuk-bentuk metode bercerita menurut Dhieni, (2006:6.11), tersebut terbagi
dua yaitu:
1. Bercerita
dengan alat peraga
Bercerita dengan
alat peraga adalah kegiata bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung
isi cerita yang disampaikan artinya anda menyajikan sebuah cerita pada anak TK
dengan menggunakan berbagai media ynag menarik bagi anak untuk mendengarkan dan
memperhatikan ceritanya. Bentuk bercerita dengan alat atau fantasi:
a. Bercerita
dengan alat peraga langsung
Kegiatan
bercerita dengan alat peraga langsung yaitu guru bercerita dengan menggunakan
alat peraga langsung apakah sebuah benda misalnya tas, atau makhluk hidup yang
nyata misalnya binatang eliharaan atau tanaman.
b. Bercerita
dengan alat peraga tak langsung/benda turuan
2. Bercerita
tanpa alat peraga
Bercerita tanpa
alat peraga adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru saat bercerita tanpa
menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan kepada anak didik.
Artinya kegiatan bercerita yang dilakukan guru hanya mengandalkan suara, mimic
dan panto mimic atau gerak anggota tubuh guru.
Selain
itu juga ada bentuk-bentuk yang lainnya, yaitu:
1.
Bercerita
dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
Bila
cerita ditampilkan pada anak TK, terlalu panjang dan serinci dengan menambahkan ilustrasi
gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik brcerita ini
akan berfungsi dengan baik.
Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi
gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar di bandingkan bila anak
mendengarkan cerita dari buku bergambar.
Untuk menjadi seseorang yang dapat bercerita
dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan. Penggunaan
ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang
dituturkan , juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita.
Kegiatan
bercerita dengan gambar adalah kegiatan bercerita menggunakan 1 gambar, 2
gambar, 3 gamabr atau 4 gambardengan ukuran tertentu. Dapat menggunakan gambar
lepas atau gambar seri yang terdiri 2-4 gambar yang meluruskan jalan cerita.
a. Kegiatan
bercerita dengan menggunakan 1 gambar
1) Ketentuan
kegiatan bercerita dengan 1 gambar
a) Judul
cerita singkat dan menarik bagi anak didik
b) Ceritanya
singkat dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang ada di lingkungan anak.
c) Menggunakan
gaya bahasa anak.
d) Gambar
dibuat dalam ukuran 1 karton 60 x 60 cm.
e) Gambar
menggambarkan tokoh yang sedang berakasi, yang menarik merupakan hal yang
menarik dari satu cerita.
f) Gamabr
dibuatr sesuai dengan tahap perkembangn anak.
g) Gambar
diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
h) Isi
cerita ditulis pada bagian belakang gambar.
2) Langkah-langkah
pelaksanaan
a) Anak
mengatur posisi duduknya.
b) Anak
memperhatikan guru menyiapkan alat peraga.
c) Anak
termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d) Anak
diberi kesempatan untuk member judul cerita.
e) Guru
melengkapi judul dari anak.
f) Membuat
kesempatan aturan dalam bercerita.
g) Anak
mendengarkan cerita anak sambil memperhatikan gambar yang di perlihatkan.
h) Tanya
jawab.
i) Anak
bercerita.
j) Setelah
selesai bercerita anak memberikan kesimpulan isi cerita.
k) Guru
melengkapi kesimpulan tentang isi cerita dari anak.
3) Evaluasi
Setelah selesai
bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan
kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita
tersebut.
b. Kegiatan
bercerita dengan menggunaka 2 gambar
1) Ketentuan
bercerita dengan 2 gambar
a) Judul
cerita singkat dan menarik bagi anak didik.
b) Ada
cover cerita.
c) Menggunakan
gaya bahasa anak.
d) Cerita
singkat dan sarat dengan nilai-nilai, sosialisasi dan lingkungan anak.
e) Isi
cerita kesatuan dan kedua berkaitan.
f) Gambar
dibuat dari karton, berukuran 50 x 30 cm, sebanyak 2 lembar antara gambar ke 1
dan kedua diberi lakba/benag agar mudah pada saat membalikkan gamabr.
g) Gambar
diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
h) Gambar
1 menggunakan situasi tokoh sedang bereaksi awal suatu cerita.
i) Gambar
2 menggambarkan situasi tokoh sedang beraksi diakhir cerita.
j) Isi
cerita ditulis pada bagian belakang cover.
2) Langkah
pelaksanaan
a) Dengan
bimbinagn guru anak menagtur posisi duduknya.
b) Anak
memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
c) Anak
termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d) Anak
diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
e) Beritahu
judul cerita.
f) Menyepakati
aturan dalam bercerita.
g) Bercerita
sambil memegang gambar dan memperlihatkannya pada anak didik.
h) Tanya
jawab.
i) Anak
bercerita.
j) Setelah
selesai bercerita anak memberikan kesimpulan di bawah bimbingan guru.
3) Evaluasi
Setelah selesai
bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan
kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita
tersebut.
c. Kegiatan
bercerita dengan menggunakan 3 gambar
1) Ketentuan
bercerita dengan 3 gambar
a) Judul
cerita singkat dan menarik bagi anak didik.
b) Ada
cover cerita.
c) Menggunakan
gaya bahasa anak.
d) Cerita
singkat dan sarat dengan nilai-nilai, sosialisasi dan lingkungan anak.
e) Isi
berurutan dan berkaitan dan gambar kesatu sampai dengan ketiga..
f) Gambar
dibuat dari karton, berukuran 30 x 25 cm, sebanyak 3 lembar antara gambar ke 1
dan ke 2 dan ke 3 diberi lakba/benag agar mudah pada saat membalikkan gamabr.
g) Gambar
1 menggunakan situasi tokoh sedang bereaksi awal suatu cerita.
h) Gambar
2 menggambarkan situasi tokoh sedang beraksi ditengah cerita.
i) Gambar
ke 3 adalah gambar akhir sebuah cerita.
j) Gambar
dibuat sesuai dengan tahap perkembangan anak.
k) Gambar
diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
l) Isi
cerita ditulis pada bagian belakang cover.
2) Langkah-langkah
pelaksanaan
a) Dengan
bimbinagn guru anak menagtur posisi duduknya.
b) Anak
memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
c) Anak
termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d) Anak
diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
e) Menyepakati
aturan dalam bercerita.
f) Bercerita
sambil memegang gambar dan memperlihatkannya pada anak didik.
g) Anak
mendengarkan cerita secara berurutan sesuai gambar yang dipegang ke 1, ke 2,
dan ke 3 pada saat cerita gambar kesatu gambar kedua dan ketiga tidak
diperlihatkan, begitu pun ketika bercerita ke 2 gambar ke 1 tidak diperhatikan.
h) Setelah
selesai bercerita seluruh gambar dari ke 1sampai dengan ke 3 diperlihatkan
kepada nak.
i) Tanya
jawab.
j) Anak
bercerita.
k) Anak
diberi kesempatan untuk memberikan kesimpulan isi cerita.
l) Kita
melengakpi kesimpulan anak.
3) Evaluasi
Setelah selesai
bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan
kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita
tersebut.
d. Kegiatan
bercerita dengan menggunakan 4 gambar
1) Ketentuan
bercerita dengan 4 gambar
a) Judul
cerita singkat dan menarik bagi anak didik.
b) Ada
cover cerita.
c) Menggunakan
gaya bahasa anak.
d) Cerita
singkat dan sarat dengan nilai-nilai, sosialisasi dan lingkungan anak.
e) Isi
berurutan dan berkaitan dan gambar kesatu sampai dengan keempat.
f) Gambar
dibuat dari karton, berukuran 30 x 25 cm, sebanyak 4 lembar antara gambar ke 1,
ke 2, ke 3, dan ke 4 diberi lakba/benag agar mudah pada saat membalikkan
gambar.
g) Gambar
1 menggunakan situasi tokoh sedang bereaksi awal suatu cerita.
h) Gambar
2 menggambarkan situasi tokoh sedang beraksi posisi isi cerita.
i)
Gambar ke 3 adalah menggambarkan situasi
tokoh dalam cerita yang menunjukkan manuju ke akhir sebuah cerita.
j)
Gambar ke 4 menggambarkan suituasi tokoh
dalam akhir cerita
k) Gambar
dibuat sesuai dengan tahap perkembangan anak.
l)
Gambar diberi warna yang menarik dan
tidak mengaburkan imajinasi anak.
m) Isi
cerita ditulis pada bagian belakang cover.
2) Langkah-langkah
pelaksanaan
a) Dengan
bimbinagn guru anak menagtur posisi duduknya.
b) Anak
memperhatikan pada saat menyiapkan alat peraga.
c) Anak
termotivasi untuk mendengarkan cerita.
d) Anak
diberi kesempatan untuk memberi judul cerita.
e) Menyepakati
aturan dalam bercerita.
f) Anak
mendengarkan cerita dan memperhatikan ganbar yang diperlihatkannya.
g) Anak
mendengarkan cerita berurutan sesuai gambar diperlihatkannya.
h) Anak
mendengarkan cerita secara berurutan sesuai gambar yang dipegang ke 1, ke 2, ke
3 dan ke 4 pada saat cerita gambar kesatu gambar kedua dan ketiga tidak
diperlihatkan, begitu pun ketika bercerita ke 2 gambar ke 1 tidak diperhatikan.
i)
Setelah selesai bercerita seluruh gambar
dari ke 1sampai dengan ke 4 diperlihatkan kepada nak.
j)
Tanya jawab.
k) Anak
bercerita.
l)
Anak diberi kesempatan untuk memberikan
kesimpulan isi cerita.
m) Guru
melengkapi kesimpulan anak.
3) Evaluasi
Setelah selesai
bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan
kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita
tersebut.
2.
Bercerita
dengan Kartu
Kegiatan
bercerita yang dilakukan guru dengan gambar-gambar di atas kertas karton ukuran
10 x10, terdiri dari gambar-gambar yang berseri mapun tidak.
a. Ketentuan:
1) Ada
judul cerita.
2) Cerita
singkat dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan, sosialisasi dan lingkungan
anak.
3) Gambar
dibuat pada karton berukuran 10 x10 cm sebanyak yang dibituhkan, maksimal 8
gambar.
4) Gambar
dapat berupa 1 gambar tanpa suasana yang mendukung, dapat pula dilengkapi
suasana yang mendukung gambar tersebut.
5) Menggunakan
gaya bahasa anak.
6) Gambar
diberi warna yang menarik dan tidak mengaburkan imajinasi anak.
7) Isi
cerita ditulis pada bagian belakang gambar.
b. Langkah-langkah
pelaksanaan
1)
Dengan bimbingan guru anak mengatur
posisi duduknya.
2)
Anak memperhatikan pada saat menyiapkan
alat peraga.
3)
Anak termotivasi untuk mendengarkan
cerita.
4)
Anak diberi kesempatan untuk memberi
judul cerita.
5)
Anak mendengarkan judul cerita yang
sebenarnya dari guru.
6)
Menyepakati aturan dalam bercerita.
7)
Anak mendengarkan cerita dan
memperhatikan gambar yang diperlihatkannya (guru dapat bercerita dengan satu
gambar yang tidak berseri, dapat pula dengan gambar berurutan atau berseri
ketentuannya sama dengan cerita dengan 4 gambar (gambar seri).
8)
Tanya jawab.
9)
Anak bercerita.
10) Anak
diberi kesempatan untuk memberikan kesimpulan isi cerita.
11) Guru
melengkapi kesimpulan anak.
c. Evaluasi
Setelah selesai
bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan
kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita
tersebut.
3.
Bercerita
dengan menggunakan papan flannel
Bercerita dengan
papan flannel adalah kegiatan bercerita dengan menggunakan papan flannel dan potongan
gambar lepas, potongan gambar lepas ini dapat ditempel pada papan flannel.
Potongan gambar lepas ini melukiskan adengan/hal-hal yang akan disajikan dalam
subuah cerita.
Hal-hal yang
perlu dipersiapkan guru untuk melaksanakan kegiatan bercerita dengan papan
planel adalah sebagai berikut:
a. Guru
dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain planel yang
berwarna netral misalnya warna abu-abu.
b. Gambar
tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya, digunting polanya pada
kertas yang dibelakangnya dilapisi dengan kertas goso (double tip) yang paling
halus agar dapat melekat pada papan flanel. Gambar-gambar tokoh sesuai dengan
tema dan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui bercerita.
Setelah
peralatan telah siap tersedia perlu diperhatikan adalah tentik bercerita dengan
menggunakan papan planel, yaitu sebagai berikut:
a. Letakkan
papan flanel di tempat yang agak tinggi dan berada tepat di hadapan anak-anak.
b. Tempelkan
gambar atau foto-foto pada paapn flanel satu per satu sesuai dengan alur
cerirta.
c. Apabila
tokoh cerita sudah tidak diperlukan untuk bagian-bagian tertentu dari alur
cerita, bias saja dilepaskan dari papan flanel.
d. Pada
waktu-waktu berikutnya dari kegiatan ini, anak dapat dilibatkan untuk
menempelkan sendiri gambar atau foto-foto yang alur ceritanya dapat dikarang
besama-sama di kelas. Kegiatan ini dapat meningkatkan aspek-aspek perkembanagn
anak, antara lain keterampilan berkomunikasi, keberanian, keaktifan, kesabaran
manunggu giliran dan konsentrasi mereka.
Ada beberapa
cara dalam menggunakan papan flannel dalam metode bercerita yaitu:
a. Ketentuan:
1)
Beberapa potong gambar/adengan, dibuat
pada karton sesuai dengan isi cerita.
2)
Ada judul cerita.
3)
Cerita dan sarat dengan nilai-nilai
kehidupan, sosialisasi dan lingkungan anak.
4)
Potongan gambar/adengan dibuat dan
dibentuk sesuai dengan tokoh atau suasana cerita.
5)
Ukuran gambar relative, paling kecil 10
x 15 cm.
6)
Gambar diberi warna menarik dan tidak
mengaburkan imajinasi anak.
7)
Gambar dapat berupa 1 gambar tabpa
suasana yang mendukung, dapat pula dilengkapi dengan suasana yang mendukung.
8)
Potongan ganbar sebanyak-banyaknya 8
potong gambar.
9)
Gambara satu dan lainnya berkaitan dan
menunjukkan satu kesatuan cerita.
10) Menggunakan
gaya bahasa anak.
11) Isi
cerita dibuat dalam sebuah naskah.
b. Langakh-langkah
pelaksanaan
1)
Dengan bimbingan guru anak menagtur
posisi duduknya.
2)
Anak memperhatikan pada saat menyiapkan
alat peraga.
3)
Anak memperhatikan anda yang menunjukkan
alat peraga yang telah disiapkan, dan menyebutkan nama serta tokoh-tokoh dalam
cerita..
4)
Anak diberi kesempatan untuk memberi
judul cerita.
5)
Anak mendengarkan judul cerita yang
sebenarnya dari guru.
6)
Menyepakati aturan dalam bercerita.
7)
Anak memperhatikan anda yang mulai
bercerita sambil menempelkan potongan gambar secara bergantian pada papan
flannel sesuai alur cerita.
8)
Setelah selesai bercerita anda
menempelkan potongan gambar seluruhnya.
9)
Tanya jawab.
10) Anak
bercerita.
11) Anak
diberi kesempatan untuk memberikan kesimpulan isi cerita.
12) Guru
melengkapi kesimpulan anak.
c. Evaluasi
Setelah selesai
bercerita tanyakan tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan
kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali cerita
tersebut.
C. Manfaat Metode Bercerita Bagi Anak
Tk
Metode
bercerita dalam kegiatan pembelajaran anak TK,
mempunyai beberapa manfaat
penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK.
Bagi
anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan
lingkungannya merupakan kegiatan yang
mengasyikkan. Guru TK yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat
menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk
menanamkan kejujuran, keberanian,
kesetiaan, keramahan, ketulusan
dan sikap-sikap positif yang lain dalam
kehidupan lingkungan keluarga, sekolah
dan luar sekolah.
Beberapa
manfaat metode bercerita bagi anak usia dini di antaranya adalah:
a. Melatih
daya serap atau daya tangkap anak usia dini, artinya anak usia dini dapat
dirangasang, untuk mampu memahani isi atau ide-ide poko dalam cerita secara
keseluruhan.
b. Melatih
daya pikir anak usia dini. Untuk terlatih memahami proses cerita, mempelajari
hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-hubungan sebab-akibatnya.
c. Melatih
daya konsentrasi anak usia dini. Untuk memusatkan perhatiannya kepada
keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebutanak dapat
melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam
cerita.
d. Mengembangkan
daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan day fantasinya dapat
membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berbeda di luar jangkauan
inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya ini berarti
membantu mengembangkan wawasan anak.
e. Menciptakan
situasi yang mengembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab
ssuai dengan tahap perkembangannya, anak usia dini senag mendengarkan cerita
terutama apabila gurunya dapat menyajikannya dengan menarik.
f. Membantu
perkembanagn bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien
sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
Alasan
mengapa menggunakan cerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara, karena anak
menyukai cerita, cerita dapat memberi kesempatan pada anak untuk benar-benar
menggunakan bahasa yang sebenarnya. Anak mendengarkan cerita karena mereka
menginginkannya bukan karena paksaan, pemikiran beberapa ahli bahasa seperti
Brewster, Rixon, Halliwel, Pedersen, Stocdale dll dalam buku Teaching English
to Young Leaners.
Menceritakan
cerita (telling story) bukanlah “ membacakan cerita tanpa melihat buku
“, artinya guru tidak menghapal cerita dan menyampaikan secara sederhana kepada
siswa, melainkan guru harus mengetahi cerita tersebut secara baik sehingga saat
ia menceritakannya kepada siswa, cerita tersebut terlihat hidup, nyata, dan
seakan dapat dilihat dan dibayangkan oleh siswa. Jika hal ini terjadi, maka
sipendengar seakan-akan terlibat masuk kedalam cerita tersebut.(Diah
Gusrayani,2010:154).
Kegiatan
bercerita juga memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk di hayati dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Memberi
pengalaman belajar dengan menggunakan
metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif,
maupun psikomotor masing-masing anak.
Bila anaknterlatih untuk mendengarkan
dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif an kritis. Pendengar
yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang
didengarkannya. Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang didengar dengan apa yang dipahami. Bila menurut anggapannya yang di dengar itu salah, maka ia berani
menyatakan adanya kesalahan tersebut. Keberanian menyatakan pendapat yang
berbeda, misalnya dalam pernyataan : “saya kalu dirumah tidak begitu bu guru”.
Atau ada pernyataan “ saya kalau
mengerjakan begini bu guru.”
Karena
kegiatan brcerita itu memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik,
serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat, dan menimbulkan
keasyikan tersendiri, maka kegiatan bercerita
memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak TK. Guru yang pandai
bertutur dalam kegiatan bercerita akan menjadikan perasaan anak larut dalam
kehidupan imajinatif dalam cerita itu. ia merasa sedih bila tokoh dalam cerita itu disakiti. Ia akan senang sekali bila ada
tokoh lain yang melindungi, dan yang baik hati, yang suka menolong. demikian juga bila tokoh penjahat dalam
cerita itu dihukum. Anak akan mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita yang
punya sikap- sikap yang baik dan menghindari berbuat seperti tokoh dalam cerita
yang tidak baik. Misalnya : kalau guru menceritakan tentang bawang putih dan
bawang merah maka anak akan mengidentifikassi dirinya sebagai bawang putih
karena bawang putik itu anak yang berbakti kepada orang tua, yang suka
menolong, yang suka berkawan, yang suka bekerja dan tidak mendendam dsb.
Sebaliknya anak tidak akan menyukaii bawang merah karena ia merupakan anak yang
suka menjelk-jelekkan anak lain, curang,
pemalas, mau menang sendiri, suka menysahkan anak lain dsb.
Metode
bercerita di pergunakan guru untuk memberikan informasi tentang kehidupan
social anak dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan bermacam
pekerjaan.. orang-orang itu melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan bermacam-macam
pekerjaan: guru, pedagang, petani, tukang pos, tukang sayur, sopir, , tentara,
polisi, maka informasi itu dapat memberikan wawasan yang luas tentang
bermacam-macam peran yang dilakukan seseorang dalam masyarakatdan bermacam
layanan jasa yang dapat diberikan kepada anggota masyarakat.
Guru
TK yang mahir bercerita akan dapat membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam
layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
Bila
dalam diri anak mempunyai keinginan untuk menjadi pak polisi yang dapat
memberikan perlindungan dan menjaga keamanan orang lain, maka keinginan
itu mungkin di wujudkan dalam perbuatan melindungi dan menjaga adik di
rumah, tidak menggangu adik yang sedang
tidur, sedang makan, sedang bermain, dsb. Oleh karena itu, kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan social anak
dapat dipergunakan guru untuk
menuturkan bermacam pekerjaan yang ada
dalam masyarakat yang beraneka
ragam yang dapat menimbulkan sikap pada diri anak menghargai bermacam pekerjaan
tersebut.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek,
manfaat metode bercerita sebagai berikut:
1.
Membantu pembentukan pribadi
dan moral anak,
2.
Menyalurkan kebutuhan
imajinasi dan fantasi,
3.
Memacu kemampuan verbal anak,
4.
Merangsang minat menulis
anak,
5.
Merangsang minat baca
anak,
6.
Membuka cakrawala
pengetahuan anak
D. Tujuan Kegiatan Bercerita Bagi Anak
Tk
Secara umum kegiatan bercerita
memiliki tujuan agar :
1.
Menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral
dan agama yang terkandung dalam sebuah cerita, sehingga mereka dapat
menghayatinya dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Guru dapat memberikan informasi tentang lingkungan
fsik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui oleh anak. Lingkungan fisik
berkaitan dengan segala sesuatu yang ada disekitar anak selain manusia.
Tujuan bercerita
bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengar dengan seksama
terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak
memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat
menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan
diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun
didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.
Karena menurut Jerome S Brunner, 1991 (dalam Yulsyofriend, 2013:33) : Bahasa
berpengaruhbesar pada perkembangan pikiran anak.
Tujuan
kegiatan bercerita yakni memberikan
pengalamn belajar dengan
mendengarkan cerita yang sarat dengan pesan-pesan yang harus disampaikan
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
bagi anak. Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan
untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
menanamkan nilai-nilai social, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang
lingkungan fisik itu meliputi segala sesuatu yang ada disekitar anak yang
non-manusia. Dalam kaitan lingkungan fisik melalui bercerita anak
memperoleh informasi tentang binatang,
peristiwa yang terjadi dari lingkungan anak, bermacam makanan, pakaian,
perumahan, tanaman yang terdapat dihalaman rumah, sekolah, kejadian dirumah dan
dijalan. Sedang informasi tentang lingkungan social meliputi: orang yyang ada
dalam keluarga, di sekolah, di
masyarakat.
Bermacam
nilai social, moral dan agama dapat ditanamkan melalui kegiatan bercerita.
Nilai-nilai social yang dapat ditanamkan kepada anak TK yakni bagaimana
seharusnya sikap seseorang dalam hidup bersama dengan orang lain. Dalam hidup
bersama orang lain harus ditanamkan sikap
salaing menghormati, saling menghargai hak orang lain, saling
membutuhkan, menyadari tanggung jawab
bersama, salaing menolong, sopan santun dan sebagainya. Nilai-nilai moral yang
dapat di tanamkan kepada anak TK yakni bagaimana seharusnya sikap moral
seseorang yang diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kita bangsa Indonesia menjunjung tinggi moral pancasila,
maka jabaran nilai moral pancasila
itulah yang harus kita kaitkan dengan tujuan dan tema kegiatan bercerita bagi
anak TK.
E. Rancangan kegiatan brcerita bagi anak TK
Rancangan
persiapan guru. Secara umum persiapan
guru untuk merancang kegiatan bercerita
adalah sebagai berikut
a. Menetapkan
tujuan dan tema yang dipilih untuk
kegiatan bercerita
b. Menetapkan
rancangan bentuk bercerita yang dipilih
c. Menetapkan
rancangan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan bercerita
d. Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita
e. Menetapkan
rancangan penilaian kegiatan brcerita
Dalam bercerita ada langkah-langkah yang harus
diperhatikan misalnya :
a.
Memilih sebuah cerita. Dalam memilih sebuah cerita hal
yang paling penting adalah memilih cerita harus menarik.
b.
Menyiapkan diri untuk bercerita. Anak-anak diharuskan
membaca dua kali atau lebih cerita yang akan dibacakan agar memahami isi dari
cerita, sehingga dalam membacakan cerita di depan kelas anak dapat
menceritakannya secara sistimatis.
c.
Property dalam bercerita. Agar cerita yang akan
dibacaan anak dapat menarik, hendaknya anak dapat menggunakan beberapa teknik,
salah satunya yaitu dengan menggunakan gambar, boneka, maupun barang-barang
yang dapat menunjang cerita.
d.
Bercerita. Agar kegiatan bercerita dapat berjalan
secara efisien, bercerita dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil.
Dalam bercerita memerlukan kemampuan
berbicara apalagi menceritakan sesuatu di depan umum. Bercerita merupakan
kegiatan menyampaikan suatu kisah yang telah terjadi baik kejadian yang
benar-benar terjadi maupun kejadian hasil rekayasa. Dalam bercerita memerlukan
suatu metode yang tepat agar mencapai tujuan dalam pembelajaran, dalam hal ini
yaitu berbicara.
Agar siswa menyukai cerita atau
dongeng yang diceeritakan, dibutuhkan kemampuan guru untuk bercerita dengan
baik misalnya intonasi yang tepat, ekspresi dalam bercerita, gestur tubuh
pencerita,lafal maupun suara, di samping keenam kemampuan yang tadi,
sistematikan atau alur ceritapun harus diperhatikan sehingga siswa dapat
mengerti dan menyukai cerita yang dibacakan oleh guru.
Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang
cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan
karakteristik anak-anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik
harus mempertimbangkan materi ceritanya. dan pemilihan cerita antara lain
ditentukan oleh :
1. Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat
berdasarkan usia anak ? . Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler
mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang
fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak,
hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya; a. sampai ada
usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat
yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal
tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang
menyeramkan dan sebagainya. b. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng
jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan
ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya c. Pada usia 8-12
tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage),
seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan
sebagainya
2.
Waktu
Penyajian Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang
konsentrasi dan daya tangkap anak.
Maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut
; a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit. b. Usia 4-8 tahun, waktu
cerita hingga 10 -15 menit. c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit.
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila
tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita
yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
3.
Suasana
(situasi dan kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang
atau akan berlangsung
Seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar
nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan
profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya.
Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan
dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan,
bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
F.
Fungsi Bercerita
Menurut
Tampubolon 1991 (dalam Yulsyofriend, 2013:33), “Bercerita kepada nak memainkan
peran penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi
juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”. Dengan demikian, fungsi
kegiatan bercerita bagi anak usia4-6 tahun adalah sebagai berikut:
1. Membantu
perkembangan bahasa anak.
2. Dengan
bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu
kemampuan bercerita.
3. Dengan
menambah pembendaharaan kosakata
4. Kemampuan
mengucapkan kata-kata.
5. Melatih
merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya.
6. Melatih
merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangnnya.
7. Anak
dapat mengekspresikan melalui bernyanyi, bersyair, menulis ataupun
menggambarkan sehingaa pada akhirnya anak ammapu membaca situasi, gambar,
tulisan atau bahasa isyarat.
Menurut prof.Dr Tampubolon,
(1991:50), “Bercerita kepada anak
memainkan permainan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak” Dengan
demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak 4-6 tahun adalah membantu
perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan
dengan baik untuk membantu kemampuan bercerita,dengan menambah pembendaharaan
kosakata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai
dengan tahap perkembanganya.Rangkaian kemampuan mendengar ,berbicara, membaca,
menulis, dan menyimak adalah sesuai dengan tahap perkembangan anak, karena tiap
anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya.
Kedudukan strategis cerita dalam dunia pendidikan, termasuk
menurut sudut pandang moralitas, telah tergambar dengan amat jelas diatas.
Cerita memang banyak sekali manfaatnya bagi anak-anak. Paling tidak cerita
mempunyai beberapa fungsi penting antara lain :
1.
Sebagai sarana
kontak batin antara pendidik (termasuk orang tuanya) dengan anak didik.
2.
Sebagai media
untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai ajaran tertentu.
3.
Sebagai metode
untuk memberikan bekal kepada anak didik agar mampu melakukan proses
identifikasi diri maupun identifikasi perbuatan (akhlaq).
4.
Sebagai sarana
pendidikan emosi (perasaan) anak didik
5.
Sebagai sarana
pendidikan fantasi/imajinasi/kreativitas (daya cipta) anak didik.
6.
Sebagai sarana pendidikan bahasa anak didik
7.
Sebagai sarana pendidikan daya pikir an anak
didik
8.
Sebagai sarana
untuk memperkaya pengalaman batin dan khasanah pengetahuan anak didik.
9.
Sebagai salah
satu metode untuk memberikan terapi pada anak-anak yang mengalami masalah
psikologis.
10.
Sebagai
sarana hiburan dan pencegah kejenuhan.
Melalui cerita-cerita yang baik, sesungguhnya
anak-anak tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi
mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas. Bahkan tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa cerita ternyata menyentuh berbagai aspek pembentukan
kepribadian anak-anak. Cerita secara faktual erat sekali hubungannya dengan
pembentukkan karakter, bukan saja karakter manusia secara individual, tetapi
juga karakter manusia dalam sebuah bangsa.
Tidak heran bila banyak pakar kebudayaan yang
menyatakan bahwa nilai jati diri, karakter dan kepribadian sebuah bangsa, dapat
dilihat dari cerita-cerita rakyat yang hidup dibangsa itu. Kalau begitu, jelas
bercerita bukanlah sesuatu yang berakibat sederhana. Cerita berpengaruh amat
besar dalam jangka panjang, sampai-sampai dikatakan menjadi faktor dominan bagi
bangunan karakter manusia disuatu bangsa.
G. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Bercerita
Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode bercerita (Dhieni, 2006 : 6.9) antara lain :
1. Kelebihan
a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak,
b. Waktu yang tersedia dapat
dimanfaatkan dengan efektif dan efisien,
c. Pengaturan kelas menjadi lebih
sederhana,
d. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah,
e. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya,
2. Kekurangan
a. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima
penjelasan dari guru,
b. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk
mengutarakan pendapatnya,
c.
Daya serap atau daya
tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar dipahami tujuan pokok
isi cerita,
d. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bercerita
adalah suata kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain
dengan laat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi
atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan
cerita tersebut menyampaikan dengan menarik (Yulsyofriend, 2013:30).Adapun bentuk-bentuk bercerita, yaitu: bercerita dengan
gambar, bercerita dengan kartu, bercerita dengan papan planel dan lain-lainnya.
Yang mana manfaat
dari bercerita untuk anak usia dini adalah: membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, memacu kemampuan verbal anak. Kemudian tujuan dari bercerita tersebut yaitu memberikan pengalaman belajar dengan mendengarkan cerita yang sarat dengan
pesan-pesan yang harus disampaikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan bagi anak. Fungsi dari bercerita itu yakni sarana kontak batin antara pendidik (termasuk orang tuanya) dengan
anak didik, Sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai
ajaran tertentu.
Pada pembelajaran bercerita disekolah, guru
perlu membuat rancangan-rancangan tertentu sesuai dengan tema pembelajaran.
Serta bercerita tersebut memiliki kelebihan dan kekurangnnya.
B. Saran
Sebagai pendidik
dan calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi orang tua dan calon orangtua
sebaiknya memahami perkembangan bahasa
anak usia dini dan bisa mengembangkannya sejak dari masa konsepsi agar dapat
memberikan stimulasi yang tepat pada anak sesuai dengan hakikat anak usia dini
dan tahap perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bachri, bachtiar.S. 2005. Pengembangan kegiatan
bercerita di taman kanak-kanak teknik dan prosedurnya, Jakarta : depdiknas.
Bachri,
S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya.
Jakarta: Depdikbud.
Dhieni, nurbiana . 2009. Metode
pengembangan bahasa, Jakarta :universitas terbuka.
Dhieni, nurbiana . 2010. Metode
pengembangan bahasa, Jakarta :universitas terbuka.
Dhieni, Nurbiana dkk. 2006. Metode Pengembanga Bahasa.. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Djuanda, Dadan. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia
di Sekolah Dasar. Bandung : Pustaka Latifah.
Hidayat, Otib Satibi. 2005. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama.
Jakarta:Universitas Terbuka.
Masitoh, dkk. 2006. Strategi Pembelajaran TK.
Jakarta : Universitas Terbuka
Moeslichatoen.2004. Metode
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Montolalu. 2009. Bermain
dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Musfiroh. Takdkiratum,
2005. Bermain sambil belajar dan
mengasah, kecerdasan , Jakarta : depdiknas dirjen dikti.
R, Moeslichatoen. 2004. Metode
Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta
Rofi’udin, Ahmad dan Zuhdi, Darmiyati. 1999. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.
Yulsyofriend. 2013. Bahan
Ajar;Bahasa Anak Usia Dini. Padang: FIP UNP.